Seperti Pengakuan
Di negeri kami semua berdebu selalu
seperti kenangan
atau sejarah. Pada sebuah pagi atau sore
yang tentram, saat kami mengelilingi meja makan
mungkin saja seseorang tiba-tiba
menyalakan kipas angin
dan debu penuh nama dan sebutan yang mengendap
di sudut lemari, jalusi jendela atau ingatan
tiba-tiba bertebaran kembali memenuhi udara
hingga kita terbatuk
seperti nasib buruk.
Di negeri kami semua seperti kantor pemerintah
penuh kertas dan urusan-urusan yang tertunda.
Pada suatu hari, setelah bosan bergunjing
atau main catur, seorang kerani mungkin saja
salah menuliskan alamat
dan memposkan surat, ke segala jurusan.
Salah satu mungkin memasuki rumahmu
hingga namamu dengan paksa terhapus
dari daftar keluarga
tempat kau sebelumnya hidup
dan tertawa-tawa.
Dan berpuluh tahun kemudian
anak cucumu pun terpesona
memandang fotomu dalam sebuah arsip lama
yang terlupa dibereskan.
Di negeri kami semua berdebu selalu,
menggelitik hidung dan tenggorokan.
Kami harus belajar menghela nafas baik-baik
perlahan dan hati-hati. Sekali saja kami bersin
segala sesuatunya bakal tak tertanggungkan. Semua
di negeri kami berdebu selalu.
Karya Agus R.Sarjono
Leave a Reply